Senin, 21 Februari 2011

Materi Tukar Pikiran (terbitan perdana)

SAJAK SEORANG TUA UNTUK ISTERINYA

Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kau kenangkan encokmu
kenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilang
Dan juga masa depan kita
yang hampir rampung
dan dengan lega akan kita lunaskan.

Kita tidaklah sendiri
dan terasing dengan nasib kita
Kerna soalnya adalah hukum sejarah kehidupan.
Suka duka kita bukanlah istimewa
kerna setiap orang mengalaminya.

Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
Hidup adalah untuk mengolah hidup
bekerja membalik tanah
memasuki rahasia langit dan samodra,
serta mencipta dan mengukir dunia.
Kita menyandang tugas,
kerna tugas adalah tugas.
Bukannya demi sorga atau neraka.
Tetapi demi kehormatan seorang manusia.

Kerna sesungguhnyalah kita bukan debu
meski kita telah reyot, tua renta dan kelabu.
Kita adalah kepribadian
dan harga kita adalah kehormatan kita.
Tolehlah lagi ke belakang
ke masa silam yang tak seorangpun kuasa menghapusnya.

Lihatlah betapa tahun-tahun kita penuh warna.
Sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita.
Sembilan puluh tahun yang selalu bangkit
melewatkan tahun-tahun lama yang porak poranda.
Dan kenangkanlah pula
bagaimana kita dahulu tersenyum senantiasa
menghadapi langit dan bumi, dan juga nasib kita.

Kita tersenyum bukanlah kerna bersandiwara.
Bukan kerna senyuman adalah suatu kedok.
Tetapi kerna senyuman adalah suatu sikap.
Sikap kita untuk Tuhan, manusia sesama,
nasib, dan kehidupan.

Lihatlah! Sembilan puluh tahun penuh warna
Kenangkanlah bahwa kita telah selalu menolak menjadi koma.
Kita menjadi goyah dan bongkok
kerna usia nampaknya lebih kuat dari kita
tetapi bukan kerna kita telah terkalahkan.
Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kaukenangkan encokmu
kenangkanlah pula
bahwa kita ditantang seratus dewa.


WS. Rendra,
Sajak-sajak sepatu tua,1972

Undangan menulis di Buletin Sastra Jalan Setapak (SAJAK)

Date Line 08 Maret 2011

Dengan berbesar-hati, Buletin Sastra Jalan Setapak (SAJAK) mengundang khalayak utuk sudi berpartisipasi mengirimkan karya berharga berupa tulisan satra dalam penerbitan perdana media ini pada tanggal 15 Maret 2011.
Adapun berbagai rubrik yang tersedia sebagai berikut:

1. WARTA (catatan redaksi dan atau dari khlayak)
Ket. Rubrik ini memuat catatan singkat yang dianggap penting untuk redaksi dan juga partisipan sampaikan, berupa event kesenian, kegiatan kesusastraan, dll.
2. SIULAN (puisi)
Ket. pada setiap terbitan, rubrik ini akan memuat karya 2 penulis, setiap penulis mengirimkan 5 judul puisi. Selanjutnya masing-masing dipilih 3 judul diantaranya untuk dimuat.
3. EPISODE (cerpen, panjang antara 4-7 halaman)
4. RE-WORD (resensi, esai, panjang antara 2-4 halaman)
5. TUKAR PIKIRAN
Ket. Rubrik ini tersedia untuk membicarakan (menelaah) karya-karya sastra yang pernah dimuat di Buletin ini baik berbentuk puisi atau cerpen tertentu sebagaimana materi yang ditentukan oleh redaksi. Panjang tulisan tidak lebih dari 200 karakter (sekitar setengah halaman a4). Dan untuk materi terbitan perdana adalah puisi karya WS. Rendra “SAJAK SEORANG TUA UNTUK ISTERINYA” (selengkapnya lihat di akun Fb BULETIN SAJAK atau Blogger: http://buletinsajak.blogspot.com/ )

Ketentuan:

1. Tulisan diketik dengan format Rich Text Format (RTF) dan dikirim melalui email dengan bentuk LAMPIRAN ke: buletinsajak@yahoo.com
2. Sertakan biografi singkat penulis di akhir tulisan.
3. Batas akhir pengiriman tanggal 08 Maret 2011

Catatan:
1. Untuk selanjutnya Buletin Sastra Jalan Setapak (SAJAK) akan terbit setiap akhir bulan secara online di Blog: http://buletinsajak.blogspot.com/
2. Beribu-ribu maaf, atas nama pribadi, redaksi belum bisa memberikan imbalan apa-apa selain ucapan terima kasih yang tak terhingga bagi segenap partisipan. Semoga bisa dimaklumi adanya.

Adalah satu kebanggaan bagi kami atas partisipasi dan kepedulian yang khalayak berikan. Salam jabat tangan paling hangat, sekian dan terima kasih.

Pimred
Bona P. Silaban

Sabtu, 19 Februari 2011

Tentang Buletin Sasta Jalan Setapak (SAJAK)

Puji syukur atas karunia yang Tuhan limpahkan begitu tak terhingga atas diri makhluknya; tentang waktu, kesempatan, dan daya untuk malakukan apa pun selagi sanggup dan mau melakukannya.

Seiring karunia Tuhan pula, tepatnya pada tanggal 18 Februari 2011, Buletin Sastra Jalan Setapak yang disingkat menjadi SAJAK resmi dibentuk di Kota Bandung. Tidak lain dan tidak bukan, sungguh ini bermula dari keinginan untuk belajar, saling berbagi, dan ikut serta menambah-ramai kesusastraan bumi pertiwi terkasih ini (seperti apa dan bagaimana pun kondisinya).

Bersama besar harap dan doa, kiranya media ini benar-benar bermamfaat untuk kita nikmati bersama. Semoga!


Salam jabat tangan paling hangat.



Bandung, 18 Februari 2011