Rabu, 30 Maret 2011

SIULAN







Sajak-Sajak Matroni el-Moezany
Matroni el-Moezany, Penyair keliharan Sumenep, Madura, bergiat di komunitas Kutub Yogyakarta. Aktif menulis di media massa baik lokal maupun nasional. Buku antologi bersamanya adalah “Puisi Menolak Lupa” (Obsesi Press, 2010) “Madzhab Kutub” (Pustaka Pujangga, 2010) dan Antologi Puisi Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan 2010 Dewan Kesenian Jatim. Kini Pengok, Demangan, Yogyakarta.

LAGU SEORANG SKEPTIS

Engkau melangkah jauh, sayang
Engkau mandi keraguan
Aku di sini sendiri
Menyandang jembatan, berbendera masa depan
Di antara mesin-mesin di kota Jogja
Engkau berkerudung putih di kepalamu
Engkau ciptakan suatu keindahan dari jauh
Sementara mesin penindas terdengar berderuh
Malam bermandikan cahaya pikir
Kegelapan menyelimuti badan keangkuhan
Engkau tetap menjadi pelangi melingkari matahari
Tatapanku habis
Terlalu silau melihatmu dari jauh
Di saat seperti itu
Engkau memikirkan sesuatu
Bersama ilmu yang engkau dapatkan dulu
Di dalam berjuang membela kerajaanmu

2011

BELAIAN TAHAJJUD MALAM

Belaian malam menggigil
Mengusap tubuhmu
Mengusap wajahku
Di sajadah panjang kedamaian

Sikap malam begitu sunyi
Memanggilku untuk pergi ke cakrawala
Melihat pesta bintang
Dengan beribu cahaya
Dan senyum manis yang menggetarkan

Aku suka mereka, dia dan aku
Sepasang waktu
Kuajak ia pergi
Mengisi tahajjud malam
Membelam kelam malam
Untuk menutupi pintu semesta
Yang kian hari tambah lebar
Dengan hidup kurang ajar

Padahal aku masih belajar mencintaimu

04 Januari 2011

NASEHAT MALAM


Engkau tinggal separuh perjalanan
Sepantasnya ruang dirimu menjadi rumah kesejukan

Membuat generasi lebih indah
Menanam modal kebermaknaan
Mengisi waktu kehampaan dengan cahaya

Separuhmu jangan sampai larut

Aku berkata, karena aku bagian dari dirimu
Selebihnya engkau berdiri sendiri di tepi sana
Melukis hidupmu lebih indah
Membelanjakan kata untuk masa depanmu

Pengok, 2011


Sajak-sajak Moh. Ghufron Cholid
Moh. Ghufron Cholid, lahir di Bangkalan 07 Januari 1986, Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura 69465. Karya-karya lainnya bisa dibaca di mohghufroncholid.blogspot.com dan media online lainnya.

KAU BERBARING ISTIMEWA
: Alm. K. Tajul Anwar

Kau berbaring istimewa
Tanah-tanah meraung doa
Keranda masa kau berikan setia
Rambu jalan bunga-bunga

Kamar Hati,2011

MANDI AIRMATA DOA
: KH. Moh. Idris Jauhari

Mandi airmata doa
Ingin kutuntaskan semua
Manik-manik rasa
Membatik di kain masa
Melukis segala surga
Yang pernah kita tata

Mandi airmata doa
Kumau kau tegak sediakala
Berbagi cahaya ridla
Karunia Maha Cinta

Kamar Hati,13 Februari 2011

MEMAKNAI MAULID NABI

Gunung-gunung shalawat
Menyangga langit nubuat

Ayat-ayat i'tiraf
Adalah burung-burung ababil
Menyulap tentara-tentara gajah
Semisal daun-daun dimakan ulat bergairah

Kamar Hati,12 Rabiul Awal 1432 H


Sajak-sajak Ghulam Sy.
Ghulam Syahril Mubarok, Lahir di Lamongan 17 Maret 1991. Aktif dalam diskusi sastra yang didapuk oleh Sastrawan kota tersebut; sebut saja, Herry Lamongan, Pringgo HR, Alang Khoiruddin dan A. Zaini, juga di Sanggar Sastra Telaga Biru. karya-karyanya berhasil dimuat dalam majalah-majalah lokal seperti, Aliqroh, SENYum, Radar Bojonegoro, RAIB, dll. Yang sempat terbukukan bersama penyair muda Lamongan, Daun-daun Luruh (DKL, 2008), Diktat Kejam (ErEm Press, 2007), dan GSFI: Estuari Sastra Indonesia (Inspirations Publiser, 2011).

CERITA BUSUNG

Tumpukan kitab-kitab di sampingmu itu
Pena biru yang menimpali kitab-kitab
Dan songkok hitam pekat seperti malam kehilanganmu
Semua kau taruh di atas nampan yang longgar
Layaknya penganan enteng saja
Adalah sebuah tanda malam yang kau selingkuhi dengan niatmu
Untuk menumbuhkan sebaris tulisan yang berkilau

Halah, itu kan ceritacerita busung yang kau racik waktu itu
Padahal sebelumnya kau niatkan segala untuk menyemaikan langkah kosongmu
Hidupmu hanyalah keangkuhanmu
Dan senyum yang pernah kau lempar itu,
Juga hanya senyum yang kosong
Yang begitu indah kau rangkai untuk menimpali lelakumu

Kau mulai menuliskan sederet katakata yang terlupa
Meninjuku pada heran yang tak berpulang pada tepi
Sebab, ternyata kau masih juga pongah
Seperti pada ceritacerita busung


KUTUNGGU SAPAMU

Adalah desiran nafas keluhanku
Saat detik tak bisa kutelaah selepas pertemuan itu
Dan pergimu merupakan pesakitanku yang ranum
Jika waktu itu kau kembali tuk melangsungkan percakapan kecil
Mungkin kini aku tak sederita ini, derita yang terangkum dalam album kerinduan
Dari seruanku yang tajam, masih juga hatimu tak tersayat,
Bahkan sampai potongan surat-surat kecil yang menjerit,
Yang dulu sempat kukirimkan padamu itu, kau malah mengabai lebai
Bangunkan hatimu dengan cerita lalu yang mempesona,
Seperti kau menuliskan namamunamaku di sudut batu nisan yang terdiam mematung
Di simpang jl. Ahmad Yani no. 25 kutunggu sapamu
Sapa yang telah lama tak kunjung kau tanam juga
Sapa dzikir rerindu sebagai pelafalan cinta
di ujung rinduku yang mengkerut
Kutunggu sapamu

1 komentar:

  1. Makasih udah mau nerbitin puisi2ku moga bermanfaat untuk umat, ada versi cetaknya gak, kalau berkenan kirimkan ke Moh. Ghufron Cholid, Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura 69465 CP. 087852121488

    BalasHapus